Monday, December 28, 2015

SOSIAL BUDAYA

          Salah Satu Faktor  Bergesernya Sebuah Tradisi Budaya Yang berlandaskan kesederhanaan yang dipegang teguh oleh masyarakat adat Kajang adalah faktor ekonomi.
 
       Sebuah aturan yang mengikat di wilayah kawasan adat Kajang  adalah perlunya kesederhaan tanpa hidup materialistis. Sementara dalam aturan pemerintah adalah perlunya pemerataan perekonomian. Tidak bisa kita pungkiri sekarang, kita sangat membutuhkan yang namanya sesuap nasi. Misalnya di kawasan adat Kajang, kebanyakan orang menggantungkan hidupnya dengan beternak dan bertani. Dari beternak dan bertani tersebut, tidak seberapa dengan hasil yang diperolehnya. Makanya saat terjadi ketimpangan, banyak masyarakat adat keluar kawasan adat, ke Makassar misalnya menjadi buruh bangunan, merantau dan lain-lain sebagainya. Pada saat hal tersebut terjadi, orang-orang kawasan dapat memila-mila bahwa mana yang lebih menguntungkan, apakah pada saat mereka dikawasan mengelola tanahnya atau pada saat mereka merantau misalnya? 
       Selain dari itu, anak-anak remaja di kawasan adat Amma Toa yang tidak punya pendidikan bahkan putus sekolah, kebanyakan ke luar kawasan, dan banyak yang menjadi pelayan, pembantu rumah tangga dan lain-lain sebagainya. Terus, saat mereka merasa mendapatkan yang diharapkannya, secara otomatis, pada saat kembali ke Kawasan adat Amma Toa, banyak hal-hal baru yang mereka bawa masuk, banyak perubahan-perubahan baru, misalnya pemahaman tentang hidup dan bagaimana hidup di luar sana, serta bahkan yang paling nampak perubahan pada remaja di kawasan adat  yaitu dari cara berpenampilan di dalam kawasan yang sudah tidak sesuai dengan anjuran adat
       Ini akan menghilangkan ciri khas budaya Kajang. Terus kalau sudah begitu, kita tempatkan diri kita dimana?
       Okey, kalau memang pihak parawisata mencanangkan Kawasan adat Amma Toa sebagai objek wisata. Seharusnya pihak parawisata harus bertanggung jawab. Berdayakanlah orang-orang kawasan adat, sejahterakanlah mereka tanpa menghilangkan prinsip kesejahteran dalam aturan adat mereka sendiri. Jaga mereka, jangan sampai hilang arah. Karena kalau kalian mengaggapnya objek wisata, bukankah itu aset yang perlu dijaga? 

       (Suara untuk kalian yang merasa) Yaitu Harapan saya, bahwa biarkan orang-orang kawasan dan generasinya tetap berperan aktif dan mengambil bagian pada saat ada kegiatan yang berbau tentang budaya Kajang dan biarkan mereka menikmati hasilnya sendiri. Orang kawasan adat Amma Toa, sangat tidak mengharapkan dan sangat tidak menyetujui kalau ada sebuah kegiatan dan mengatas namakan  budaya Kajang namun tidak sesuai dengan prinsip-prinsip adat (ideology “Pappasang Ri Kajang”)  serta  tidak menyetujui jika ada kegiatan dan mengatas namakan  budaya Kajang namun tidak ada orang-orang Kajang yang terlibat di dalamnya. Dan ingat, kita jangan bangga saat orang luar yang tidak tahu sama sekali tentang Kajang namun mereka mempertontonkan Kajang. Seperti kejadian yang baru-baru ini terjadi, sebuah film yang berjudul “LIONTIN  TANAH TERLARANG” yang di siarkan di salah satu TV swasta yang menjadi kontroversi karena tidak sesuai dengan gambaran masyarakat Kajang. 
         Bira dengan pantainya, Tanah Beru dengan perahu phinisinya, Kajang dengan apanya coba, ya salah satunya yaitu dengan keunikan pakainnya. Dan yang memakai pakaian tersebut siapa??  
         Di Bulukumba, bukankah perahu phinisi, Bira, bahkan Kajang sudah termasuk bagian dari objek wisata? Dan bukankah itu pancanangan pemerintah dinas parawisata? Bisa kita katakan, bahwa secara tidak langsung Kajang pada khususnya, orang-orang kawasan adat di dalamnya sudah terjual dan bahkan dijadikan boneka-boneka bagi para pencari keuntungan. Yang  jadi pertanyaan,, apakah ini sudah sesuai dengan landasan adat Kawasan Amma Toa? Apakah, memang itu yang diharapkan orang kawasan adat Amma Toa? Apakah orang kawasan adat Amma Toa pantas dijuluki sebagai objek untuk dikunjungi dan dipamerkan ke mereka-mereka? Kira-kira apa yang di dapat orang Tua kalian,, ia pujian. Dan yang menikmati siapa? Dan apakah orang tua kalian pantas dijuluki itu semua? Sadarkah kita semua? 
       Apakah ini argument yang salah, kalau begitu, maaf,  terus kira-kira siapa, apa dan bagaimana yang benar???
       Terus, saat orang-orang yang sangat penasaran akan cerita dan wujud daripada Kajang, secara otomatis akan datang kesana. Dan kira-kira apa  yang pernah diberikan kepada tu Toa ta’? ada tidak,,? Kalau pun ada, apakah semuanya dapat merasakannya?
       Mari kita aplikasikan pasang-pasang moral na pa’boheangnga... mariki’ sipa’rimpungang, sipa’russanakkang..
                                                                                                        Tertanda;
                                                             Rudy Toto,S.Pd
                                                              (The Next Generation )
                                                                 #081 244 588 646#

No comments:

Post a Comment